Pages

NASIONAL-IS-ME

0 comments
Halooooh fellas :D postingan pertama di blog kelas. Sebelumnya maaf yee kalo keliatan sok tau ato gimana.

Malem ini tiba-tiba dapet pencerahan waktu lagi baca-baca majalah, dan nggak sengaja nemuin artikel judulnya “Nasionalis yang Bukan Sekedar Eksis”. Uuuhm dari judulnya aja udah makjleb sekali -___-

Jadi artikel ini ngebahas tentang polemik voting Pulau Komodo yang waktu itu lagi hot-hotnya. Beberapa minggu yang lalu, berita-berita di tv penuh sama komodo, artikel-artikel koran sama majalah juga penuh tentang si Komo. Mau nggak mau saya juga mikir, kenapa orang Indonesia selalu heboh sendiri kalau udah muncul masalah-masalah kayak gini? Kemana aja mereka waktu Pulau Komodo belum muncul di berita-berita kayak sekarang? Apa yang mereka lakukan waktu Pulau Komodo belum semashyur sekarang *eaa*? Saya yakin orang-orang Indonesia nggak akan ngerti tentang Pulau Komodo kalo pulau itu nggak masuk nominasi New 7 Wonders. Mereka juga nggak mungkin peduli seandainya Pulau Komodo nggak muncul di tv. Intinya Jiwa nasionalis orang Indonesia baru muncul karena pingin negara kita eksis menang suatu kompetisi.

Inget nggak waktu muncul kasus klaim Malaysia tentang wayang, batik, angklung, tari pendet, sama reog? Waktu muncul masalah-masalah kayak gini, baru deh orang-orang Indonesia getol banget nglindungin budayanya, ngolok-ngolok Malaysia “plagiat”, “maling”, dan kata-kata sejenis lainnya. Sebenernya nggak sepenuhnya salah Malaysia kalo mereka ngakuin budaya kita sebagai budayanya. Kita sendiri sebagai orang Indonesia juga kadang nggak peduli sama apa yang kita punya dan apa yang negara kita, Indonesia, miliki. Iya gaak? :D

Kalo saya menggolongkan diri sendiri, saya yakin masih memiliki rasa nasionalisme yang cukup. Kenapa? Karena saya masih suka film-film Indonesia, seperti Surat Kecil Untuk Tuhan, Minggu Pagi di Victoria Park dan Laskar Pelangi disaat orang-orang lain menganak tirikan film Indonesia yang menurut mereka makin nggak jelas dan nggak bermutu.

Saya adalah remaja yang masih suka dengerin lagu-lagunya Tangga, Marcell, Ten 2 Five, Mocca ditengah kegilaan saya sama boyband Korea, Bruno Mars, dan Taylor Swift. Kadang ngrasa kesel sama seseorang yang mengunderestimate saya karena saya suka sama boyband korea, Super Junior. Saya punya seorang temen, sebut aja namanya Bunga *loooh?*, ya sebut aja si A deh. Dia bilang saya nggak nasionalis karena lebih suka boyband Korea dibandingkan boyband-boyband Indonesia yang sekarang lagi menjamur banget. Saya dibilang nggak cinta Indonesia, nggak cinta karya negeri sendiri. Haha pengen ketawa aja sih dengernya :D Ini bukan masalah nasionalis atau nggak nasionalis, tapi ini masalah selera. Yaaa seperti yang saya bilang, saya masih amat sangat cinta sekali sama musik-musik Indonesia \m/

Saya lebih ingin berkeliling Indonesia daripada keliling dunia \m/ pengen ke Pulau Komodo, Raja Ampat, Karimun Jawa, pengen banget ngelilingin Indonesia dari ujung ke ujung. Pengen lebih mengenal negeri sendiri sebelum kenalan sama negeri orang lain.

Mungkin disaat remaja-remaja lain lebih memilih nonton sinetron, saya lebih suka menonton berita-berita di MetroTv dan TVOne. Pengen tau apa yang terjadi hari ini di Indonesia barat, tengah, maupun timur, pengen tau gimana Indonesiaku hari ini, yaah walaupun kadang nggak ngerti apa yang dibahas, apalagi yang menyangkut politik -_- Kadang suka heran waktu liat berita mahasiswa demo ke pemerintah sampai ricuh dan anarkis. Bingung sama orang-orang yang bisanya ngomong doang, tapi gak nglakuin apa-apa. Ngakunya nasionalis, tapi bisanya bikin ricuh. Mereka nggak tau, mungkin di kantornya Pak Presiden juga lagi bingung nyelesin masalah-masalah di negara kita sampai kantung matanya item gitu ._. Presiden juga gak diem kali liat rakyatnya yang menderita. Mungkin beliau cuman bisa geleng-geleng kepala liat orang-orang-sok-nasionalis-tapi-gak-nglakuin-apa-apa kayak mereka. Kalo mereka cuman bisa mengkritik dan anarkis, gimana Indonesia bisa berubah jadi negara yang mereka impikan-impikan itu? Yegaaak? :D

Saya masih pengeeeen banget nget nget kuliah di dalam negeri, yaitu di Institut Pertanian Bogor (IPB), disaat orang lain pengen banget kuliah di luar negeri. Yaa bukan berarti orang-orang yang pengen kuliah di luar negeri itu nggak nasionalis, tapi liat deh, universitas-universitas di Indonesia juga nggak kalah kok sama sekolah-sekolah di luar negeri. Saya juga bercita-cita jadi seorang Ahli Gizi dan pengen kerja di Indonesia. Miris aja ngeliat banyak anak-anak Indonesia yang masih kekurangan gizi di jaman yang katanya udah maju ini.

Tapi nggak berarti juga buat nunjukkin rasa nasionalisme, kita jadi benci sama budaya-budaya luar. Hey, nggak ada salahnya kok kita belajar bahasa Inggris, suka lagu-lagu dan film luar negeri, kagum sama artis-artis luar negeri atau suka sama karya-karya orang ‘luar’. Gimana pinter-pinternya kita memilih dan menyaring segala sesuatu yang kita dapat biar berguna dan bisa dimaksimalkan buat memajukan negara kita sendiri. Mulai dari sekarang ubah mindset negatif kita tentang Indonesia. Jangan nunggu negara kita diejek-ejek negara lain, atau budaya kita diklaim negara tetangga, buat nunjukkin rasa nasionalisme kita. Jangan nunggu Seagames, Piala AFC dan Pra Piala Dunia buat ngedukung atlet-atlet dan Timnas Indonesia. Kita udah 66 tahun merdeka loooh, merdekakan otak kita juga dari pikiran-pikiran negatif tentang negara kita tersayang. Kalo bukan kita yang berubah buat Indonesia, siapa lagi doooong?


Saya remaja labil yang baru berumur 16 taun 6 bulan, di postingan ini keliatan sok tau tapi cuman pengen share tentang sesuwatuk di otak saya. Moga bisa bawa pencerahan buat yang baca. Hehe :D

BE BETTER INDONESIAKU :) #IndonesiaUnite